Kamis, 09 Juni 2011

Resensi Novel Pudarnya Pesona Cleopatra


Judul   buku    : Pudarnya Pesona Cleopatra
 Pengarang      : Habiburrahman El Shirazy
Cetakan           : II, Februari 2006
Penerbit           : Republika
Tebal buku      : 111
Harga              : Rp 21.000
ISBN               : 979-3604-00-x
   Sampul            : soft caver
                                                            Gambar Buku : Lukisan seorang lelaki
Menjadikan Pernikahan Sebatas Ibadah Kepada Orang Tua
Habiburrahman El Shirazy lahir di Semarang, Jawa Tengah 30 September 1976. Sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Beliau juga dikenal sebagai sutradara,  dai, dan penyair. Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan dan Australia. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat pembaca. Salah satu karya-karyanya yang telah beredar di pasaran yaitu Pudarnya Pesona Cleopatra (2006).
Cerita cinta antara 2 tokoh utama dalam novel ini yaitu “aku” dan Raihana. Dimulai saat keduanya harus disatukan oleh sebuah perjodohan Raihana yang benar-benar merupakan cermin wanita  pasrah pada keadaan dengan penuh kesabaran. Konflik tidak berakhir di situ saja, setelah resmi menikah, Aku semakin terbenam dalam khayalan tentang aura kecantikan gadis titisan Ratu Cleopatra yang terus menggelayut dalam benakku. Mengakibatkan segala perilaku dan komunikasi dengan sang istri menjadi hambar. Raihana, dilandasi ketakwaan terhadap Allah dengan penuh sabar berusaha terus membuktikan cinta dan patuhnya sebagai seorang istri. Seperti yang dijelaskan dalam ajaran agama. Dan semua itu tak mampu mengetuk rasa cinta sang suami untuk berpaling kepadanya.
Kelebihan dan kekurangan
          Novel Pudarnya Pesona Cleopatra lebih berwarna dibanding dengan novel Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, karena dalam novel Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih menceritakan tema yang sama yaitu tentang seorang mahasiswa Indonesia kuliah di Kairo bertemu dengan mahasiswi yang kuliah di Kairo juga, mereka saling mencintai, sampai menjalani hidup bahagia dalam rumah tangga. Meskipun tema yang diambil dalam Pudarnya Pesona Cleopatra juga sama tentang cinta sebagai inti permasalahannya. Namun, dalam novel ini sangat menggugah hati dan menguras emosi pembaca. Karena dalam novel ini Habiburahman mampu memberikan makna dan bahan kajian kita dalam kehidupan sehari-hari untuk tidak menilai sesuatu dari kecantikanya, karena kecantikan tidak abadi. Menggambarkan perilaku seorang isteri yang sangat setia pada suaminya. Meskipun sang suami tidak mencintainya atau memperdulikanya karena mendambakan kecantikan gadis titisan Ratu Cleopatra, tetapi dia tetap tabah, sabar, dan ikhlas menghadapi semua itu. Dengan keikhlasannya bisa mencintai suaminya sepenuh hati dibanding mencintai diri  sendiri. Kisah ini membuat pembaca menarik nafas dalam-dalam, demi penghormatan terhadap figur dan bakti pada orang tua menjadikan orang lain yang tak berdosa menderita dan harus mengalami tekanan batin  karena tidak ada kejujuran dalam sebuah rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar